MEMBUAT NASKAH
DRAMA
Tema :
Persahabatan
Judul :
Sahabat Sejati
Tokoh : 1. Lily 5. Syifia
2. Chika 6. Pak Aji
3.
Pak Randy 7.
Rahman
4.
Dinda
Di perankan oleh : 1. Nurul Alifah Anshari sebagai “
Lily “
2.
Hardiyanti Mulyani Putri sebagai “ Chika “
3.
Muh. Ainul Fajar sebagai “ Pak Randy “
4.
Nurul Fitriah Wahid sebagai “ Dinda “
5.
Sanriani sebagai “ Syifia “
6.
Rodi Al-Mardi sebagai “ Pak Aji “
7.
Anugrah Faturrahman sebagai “ Rahman “
Sinopsis : Lily, seorang gadis yang tinggal bersama ayahnya, Pak
Randy di sebuah rumah di tengah kota. Lily menjalin persahabatan dengan Chika.
Namun, suatu hari terjadi sesuatu yang membuat persahabatan mereka berjauhan
karena Lily harus pergi ke Jakarta. Lily harus berjuang dan mencari sahabat
baru disana walaupun berat baginya untuk meninggalkan Chika.
Amanat : Persahabatan yang terjadi dan
dilakukan dengan hati yang tulus maka akan menghasilkan sahabat sejati yang
hadirnya di dalam hati tidak akan pernah dapat tergantikan. Karena mencari
sahabat sejati lebih susah daripada mencari 1000 musuh.
Sahabat
Sejati
Pada hari
itu, Lily dan Chika sedang mengerjakan pr fisika yang diberikan pak Rudy di
rumah Chika.
Chika : Ly, nomor enam rumusnya apa?
Lily : Oh gini. Rumus
untuk mengetahui banyaknya usaha yang dilakukan itu W=FxS
Chika : Oh, makasih ya.
Lily : Nah, sudahmi
pekerjaanku. (melihat jam tangannya) Chika, pulangma dulu nah. Ka nabilang
bapakku haruska pulang kalau jam lima sore mi.
Chika : Oh, iyo
padeng.
Lily : Permisi ma
padeng. Assalamu Alaikum.
Chika :
Waalaikumsalam.
Lily pun
pulang ke rumahnya.
Lily : Assalamu
Alaikum. Pulangma.
Pak Randy: Oh, pulang mako nak. Masuk mako cepat. Ada mau bapak
informasikanko.
Lily : Apa bapak ?
(sambil berjalan masuk ke dalam rumah)
Pak Randy: Duduk mako dulu.
Lily : (duduk di
sofa) Apa mau ki bilang ?
Pak Randy: Lusa, pindah rumahki di Jakarta.
Lily : Apa ? Pindah
rumah ? Tapi, kenapa haruski pindah rumah ?
Pak Randy: Kenapa kaget begituko ? Harusnya senangko karena mauki
ke Jakarta. Bapak dimutasi kesana. Tidak mungkin disiniko sendiri tinggal
karena tidak adami mama.
Lily : Tidak mauja
tinggalkangi Chika. Dia itu sahabat baikku. Tidak rela ka tinggalkangi. Belum
tentu kalau di Jakarta dapatka sahabat sebaik dia.
Pak Randy: Harusko percaya. Tuhan menakdirkan kita ke Jakarta
karena pasti disana ada suatu jalan yang Tuhan berikan kepada kita. Chika itu
tidak sempurna. Dia itu juga manusia biasa. Masih banyak orang yang lebih baik
daripada dia diluar sana yang mungkin nanti menjadi sahabatmu.
Lily : Tapi, Pak.
Bagaimana caraku sampaikanngi ke Chika bilang mauka pergi ? Baik saya maupun
Chika, pasti tidak ada yang mau berpisah.
Pak Randy: Sampaikanmi saja sama Chika. Pasti nanti juga bisaji
mengerti. Lagipula masih bisa jako berhubungan lewat hp atau e-mail.
Lily : Iye padeng.
Besokpi baru kutanyaki Chika bilang mauki pindah di Jakarta.
Pak Randy: Iya, bapak juga besok mau urus surat pindahmu di
sekolah.
Lily : Iye’.
Keesokan
harinya pun, di sekolah Lily. Lily mengajak Chika ke kantin untuk berbicara.
Lily : Chika, semua
pertemuan itu pasti akan diakhiri dengan perpisahan.
Chika : Kenapa bilang
begituko ?
Lily : Besok,
pindahka ke Jakarta. Bapakku dimutasi kesana. Tapi tenang mako, tetap jaki
berhubungan baik.
Chika : Tapi, sampai
kapanko disana ?
Lily : Tidak kutauki
juga. Tapi mungkin dalam waktu yang lama.
Chika : Tapi
benar-benarka tidak bisa berpisah sama kau.
Lily : Tenang mako, tidak selamanya jaki akan berpisah. Disini
kampung halamanku, pasti suatu saat nanti akan kembalija kesini. Oh, iya mauka
juga bilang terima kasih karena selama ini jadi mako sahabat baikku. Mau mako
jadi sahabatku, pengertian sama saya, dan minta maafka juga kalau punyaka salah
ama kau. Sayangnya, tidak bisaka balaski kebaikanmu atau sekedar memberi tanda
perpisahan.
Chika : Tidak apa-apa
ji. Menurutku, selama menjadiko sahabat terbaikku, itu setarami dengan tanda
balasanmu sama saya.
Lily : Kalau begitu,
pulangma dulu nah. Mauka bereskangi barang-barangku untuk berangkat besok.
Chika : Iya, mudah-mudahan
selamat jako di jalan.
Keesokan
harinya. Lily dan Pak Randy sudah sampai di Jakarta. Lily dan Pak Randy menuju
ke suatu sekolah yang akan menjadi sekolah Lily. Setelah melunaskan
pendaftaran, Lily pun menuju ke kelasnya.
Pak Aji : Baiklah, anak-anak.
Kalian kedatangan teman baru hari ini. Lily, silahkan masuk (memerintahkan Lily
masuk ke kelas)
Lily : Assalamu
Alaikum.
Semua siswa: Waalaikumsalam.
Pak Aji : Nah, Lily.
Perkenalkan nama kamu.
Lily : Perkenalkan
nama saya Lilyah Bintang Sari. Teman-teman bisa memanggil saya Lily. Saya
pindahan dari Makassar. Tujuan saya kesini adalah menuntut ilmu
sebanyak-banyaknya. Semoga kalian semua senang sama saya. Terima kasih.
Pak Aji : Terima kasih
Lily. Sekarang kamu boleh duduk. Silahkan isi bangku kosong yang ada di samping
Rahman.
Lily : Terima kasih,
Pak (sambil berjalan menuju ke bangku di dekat Rahman)
Pak Aji : Anak-anak,
kerjakan tugas matematika halaman 135.
Rahman : Kamu pindahan
dari Makassar, ya ? (sambil membuka halaman 135)
Lily : Iya. Bantuin
aku ya, supaya bisa akrab sama orang-orang yang disini.
Rahman : Nggak dibantuin
juga pasti kamu juga akan akrab sama mereka. Orang-orang disini baik-baik, kok.
Kecuali.. Diana dan Syifia (melirik kearah Dinda dan Syifia)
Dinda : Apa lo
liat-liat ?
Rahman : Gak apa-apa.
Tuh, kan.
Kamu lihat sendiri. Baru dilihatin saja, aku sudah mau dimangsa sama dia. Mereka itu jahat sama semua orang.
Tasku saja dulu pernah dimasukin tikus sama mereka. Pokoknya mereka itu jahil
banget. Tapi kamu tenang saja, akan lebih banyak orang yang mau jadi teman kamu
daripada musuh kamu.
Lily : Tapi, kalau
mereka jahat, kenapa mereka gak pernah dihukum ? Lagi pula, memangnya siswa itu
takut ya sama mereka ?
Rahman : Waah.. Mereka itu
hampir setiap hari dihukum. Semua siswa itu takut sama mereka karena ayahnya Dinda
itu ketua yayasan disini.
Lily : Oh, pantes.
Bel tanda pulang berbunyi.
Pak Aji : Nah,
anak-anak. Tugas kalian halaman 135, kalian jadikan pr saja dan dikumpul besok.
Semua siswa: Baik, Pak.
Dinda : Heh, anak baru
(sambil menarik bahu Lily)
Syifia : Lo itu nggak
usah sok akrab deh sama semua orang. Lo itu cuma pindahan dari Makassar. Nggak
pantes ama kita, anak kota Jakarta.
Rahman : Kamu jangan gitu
dong, Syif. Dia itu teman kita juga.
Syifia : Kita ? Lo aja
kali, gue gak.
Dinda : Iya. Lagipula
lo juga gak usah ikut campur. Lo mau,
tas elo kemasukan tikus lagi ?
Rahman : Heh, gue itu gak
takut sama lo.
Lily : Udah, Man. Gak
apa-apa kok kalau mereka benci sama aku. Aku juga gak rugi kalau dibenci
mereka.
Rahman : Tapi, Ly..
Lily : Udah, gak
apa-apa.
Dinda : Aduh, udah deh.
Yang jelas, gue ama Syifia cuma peringatin ke elo. Kalau elo gak mau punya
masalah sama kita. Lo jangan sok kecakepan dan sok akrab sama setiap orang.
Kalau elo berani sama kita, gue akan ngadu ke bokap gue buat ngeluarin elo dari
sekolah.
Lily : Tapi aku punya hak sama dengan kalian
untuk melakukan hubungan baik sama setiap orang. Dan kamu (menunjuk Dinda) aku
nggak takut sama kamu. Ayah kamu nggak bisa seenaknya mengeluarkan siswa yang
punya masalah sama kamu. Hari gini masih ngadu, udah nggak jaman kali.
Yuk, Man
(menarik tangan Rahman) kita pergi dari sini. Daripada nanti tas kamu dimasukin
tikus lagi, mending kita pergi aja. Yuk..
Lily pulang
ke rumah barunya.
Lily : Assalamu
Alaikum. Bapak pulangma.
Pak Randy: Oh, pulang mako. Cepat mako masuk makan.
Lily : Sebentarpi
deh. Malaska ini gara-gara ada tadi siswi yang ancam di sekolah.
Pak Randy: Ancam bagaimana ?
Lily : Hah, panjangi
ceritana.
Pak Randy: Terus, dapat mako penggantinya Chika ?
Lily : Chika itu
tidak bisa digantikan.
Pak Randy: Maksud bapak, dapat mako sahabat baru disana ?
Lily : Yah, mungkin.
Namanya Rahman. Orangnya baik sekali sama saya.
Pak Randy: Nah, apa kata bapak. Pasti nanti akan dapat jako
sahabat baru di Jakarta.
Lily : Iya, tapi
dapat juga musuh baru di Jakarta.
Pak Randy: Tuhan memang memberikan kita cobaan. Yang jelas
haruski siap menjalani cobaan itu.
Lily : Iye’ bapak.
Lagipula, tidak akan takut ja juga sama dia. Sudahmi dulu padeng, maui dulu ku
atur barang-barangku di kamar.
Keesokan
harinya.
Lily : Pagi, Rahman
(ucapnya pada Rahman yang duduk di atas bangkunya)
Rahman : Pagi juga. Kamu sudah
kerjakan tugas matematikanya ? Nanti pak Aji akan memeriksa pekerjaan kita.
Biasanya dia itu akan nyuruh kita ngerjainnya di papan tulis.
Lily : Loh, biarin
aja kalau Pak Aji nyuruh kita ngerjainnya di papan tulis. Lagipula, aku sudah mengerjakan
tugas aku kok.
Rahman : Oh, gitu.
Pak Aji : (masuk kedalam
kelas) Selamat pagi, anak-anak.
Semua siswa: Selamat pagi pak.
Pak Aji : Anak-anak,
kumpulkan tugas kalian yang kemarin saya berikan.
Semua siswa: Baik, Pak.
Pak
Aji : Siapa yang bisa mengerjakan soal
nomor satu di papan ?
Ahh.. Kamu Dinda. Kerjakan soal nomor satu. Dari
tadi bapak liat kamu cuma ngobrol terus.
Dinda : Saya pak ?
Pak Aji : Iya, kamu.
Memangnya ada Dinda lain di kelas ini ?
Dinda : (maju ke depan)
Saya nggak bisa ngerjainnya pak.
Pak Aji : Loh, terus
kalau kamu nggak bisa ngerjainnya, bagaimana cara kamu mengerjakan tugas kamu ?
Lily : Dia pasti
nyontek pak.
Dinda : Heh,
sembarangan lo.
Lily : Terus, apa
kamu punya alasan lain yang cukup masuk akal ?
Dinda : Ya, nggak sih.
Lily : Ya udah, nggak
usah menyela kalau emang gak punya alasan lain.
Pak Aji : Sudah, sudah.
Dengar semuanya, bila Dinda tidak dapat megerjakan soal di atas, maka kalian
tidak boleh istirahat.
Rahman : Loh, gak bisa
gitu dong pak. Masa cuma Dinda yang gak bisa mengerjakan tugasnya,
sampai-sampai kita semua gak bisa istirahat.
Pak Aji : Itu teguran
untuk kalian supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Beberapa
menit kemudian.
Pak Aji : Dinda, kamu
masih belum bisa menyelesaikan soal diatas ?
Dinda : Nggak, Pak.
Pak Aji : Kalau begitu,
siapa yang bisa mengerjakan soal diatas ?
Lily : Saya, Pak.
Pak Aji : Kamu yakin
bisa mengerjakannya, Lily ?
Lily : Iya, pak.
Saya yakin.
Pak Aji : Baiklah,
silahkan kamu mengerjakannya.
Lily : Sudah
selesai, Pak.
Pak Aji : Bagus sekali. Nah,
anak-anak berterima kasihlah kepada Lily. Berkat dia, kalian semua masih bisa
istirahat. Terutama kamu Dinda, berkat dia bapak tidak jadi menghukum kamu.
Sepulang
sekolah.
Dinda : Ly, aku minta
maaf sama kamu. Kalau bukan karena kamu, pasti tadi aku udah dimarahin sama Pak
Aji.
Syifia : Iya, Ly. Kita
juga minta maaf atas kejadian kemarin waktu kita ngancam kamu.
Lily : Udahlah,
sebelum kalian minta maaf sama aku. Aku udah maafin kalian kok.
Dinda : Kalau gitu,
sekarang kita temenan dong.
Lily : Ih, siapa
bilang kita temen. Ada syaratnya. Syarat pertama, kamu harus minta maaf dulu
sama semua orang yang udah kamu jahilin terutama Rahman. Dan syarat kedua, Rahman
juga harus jadi sahabat kita. Biar bagaimanapun aku itu udah kenal banget sama Rahman.
Syifia : Iya, Ly. Kita
janji akan menyanggupi persyaratannya.
Dinda : Dan kita juga
nggak akan pernah ngejahilin siapapun lagi.
Lily : Nah, gitu
dong. Aku jadi senang akhirnya kalian bisa sadar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar